Bangun LRT, Indonesia Jajaki Peluang Kerjasama dengan Korsel

Jakarta - Indonesia sedang sangat gencar dalam membangun sarana infrastruktur. Untuk itu, Pemerintah melakukan pendekatan ke beberapa negara guna mengadakan studi banding. Salah satu negara yang menjadi tempat Pemerintah studi banding ialah Korea Selatan. Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan peluang Indonesia dan Korea Selatan menjalin kerjasama dalam pembangunan kereta ringan alias Light Rail Transit (LRT).

Mengenai kemampuan Korea Selatan dalam kemajuan transportasi, tidak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan salah satu perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai yang telah sukses menyuplai dan membangun sarana perkeretaapian di 36 negara lainnya. Diantaranya Amerika, Kanada dan Turki.

“Mereka mengatakan siap untuk melakukan transfer teknologi dalam proses pengembangan proyek ini. Karena ini sudah mereka lakukan di banyak negara. Menurut Hyundai, mereka sudah mendirikan pabrik di Turki untuk mengakomodasi kebutuhan kereta di sana,” ujar Luhut.

Menurut Luhut, peluang kerjasama sangat mungkin terjadi dengan Hyundai. Selain karena kesepakatan transfer teknologi, nilai peluang akan semakin meningkat jika pembangunan infrastruktur tersebut menggunakan produk lokal dari Indonesia.

Menanggapi hal itu, CEO Hyundai Kim Seung-Tack menyatakan penggunaan produk lokal dari negara yang bekerjasama bukanlah suatu masalah, sebab hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh Hyundai. Oleh karena itu, Hyundai siap menggunakan produk lokal Indonesia jika terjadi kesepakatan kerjasama nantinya.

“Di pabrik kami yang didirikan di Turki, penggunaan lokal kontennya telah mencapai 51%. Tentu hal yang sama bisa kami terapkan untuk Indonesia,” ujar Kim.

Selain itu, Luhut juga menanyakan kesanggupan Hyundai merampungkan pembangunan LRT dalam waktu yang singkat, yaitu hanya dalam kurun waktu 15-16 bulan. Luhut juga berharap harga yang ditawarkan oleh Hyundai kompetitif.

“Yang paling mungkin dilakukan adalah 30% proses pembangunan pertama dilakukan di Busan, Korea dan 70% sisanya dilakukan di Indonesia. Dari segi harga, kami sangat kompetitif,” jawab Kim.

Dalam kunjungannya ke Korea Selatan, Luhut bertemu dengan Menteri Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan, Kim Hyunmee. Selain tertarik dengan kerjasama pembangunan LRT, pada kesempatan ini juga Kim menjelaskan keberhasilan Korea Selatan dalam melakukan pembangunan kereta api cepat yang diadaptasi dari teknologi Perancis.

“Korea Selatan sangat tertarik mengikuti tender bakal pelanting untuk LRT. Produk kami ini sudah terkenal secara global,” ujarnya melalui siaran peprs Kemenko Maritim, Rabu (20/12/2017).

Luhut menyambut baik keinginan Pemerintah Korea Selatan, dan berjanji akan memberitahu jika proses tender sudah dibuka.

Sumber: okezone.com