Skema Pembangunan Wisma Atlet Jepang dan Indonesia Serupa

18/07/2017

Tidak berkategori

Jakarta - Menjelang Asian Games 2018, pemerintah makin giat membangun Wisma Atlet di 2 titik, yaitu Kemayoran, Jakarta, dan Jakabaring, Palembang.

Di Kemayoran, pembangunan Wisma Atlet sudah dimulai sejak 17 Maret 2016 lalu dengan kontraktor pelaksana KSO PT Brantas Abipraya (persero)-Indulexco, PT Waskita Karya (persero) Tbk, PT Adhi Karya (persero) Tbk-PT Jaya Konstruksi Tbk-Penta, dan PT Wijaya Karya (persero) Tbk-Cakra.

Menempati area seluas 10 hektar, Wisma Atlet Kemayoran ini mencakup 7.426 unit dengan total nilai kontrak pembangunan Rp 3,4 triliun.

Kawasan Blok C2 merupakan aset milik negara atas nama Menteri Sekretariat Negara yang meliputi 3 menara sebanyak 1.932 unit. Sedangkan Blok D10 dibangun 7 menara dengan total jumlah 5.494 unit.

Sementara itu, di Jakabaring, Perum Perumnas merupakan pengembang dalam pembangunan Wisma Atlet tersebut.

Proyek ini juga dibantu oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk untuk pengerjaan struktur bawah, PT PP (Persero) Tbk untuk menara 1 dan 2 serta PT Nindya Karya (Persero) untuk menara 3.
Mulanya, rusunami ini berjumlah 2.748 unit. Namun karena jumlah atlet berkisar 2.000-2.500 orang dan satu unit bisa dihuni 2-3 atlet, maka jumlah unit diturunkan menjadi 1.226.

Setelah Asian Games selesai, Wisma Atlet akan beralih fungsi menjadi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah terutama pegawai negeri sipil (PNS) yang belum memiliki rumah.

Hingga saat ini, rusun Jakabaring sudah terpesan oleh masyarakat sebanyak 817 unit atau 66 persen.

Pilihan tipenya mulai dari studio 23 meter persegi dan 2 kamar tidur seluas 33 meter persegi.

Harganya masing-masing Rp 204 juta untuk studio dan Rp 284 juta untuk unit 2 kamar tidur.

Skema mirip Jepang

Pada saat yang sama, di Tokyo, Jepang juga tengah dibangun Wisma Atlet yakni Tokyo 2020 Athlete's Village.

Hunian ini dibangun untuk memfasilitasi atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade dan Paralimpiade pada 2020 mendatang.

Dalam kunjungan ke Tokyo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menilai Pemerintah Jepang mampu mengubah kawasan yang atraktif menjadi yang bernilai tinggi.
Hal ini dapat tercapai karena dukungan prasarana dan sarana yang berkualitas.

Sementara itu, dengan selesainya event Olimpiade dan Paralimpiade, Tokyo 2020 Athlete’s Village diharapkan menjadi warisan bagi kota Tokyo, sebagai simbol keberagaman, keberlanjutan dan gaya hidup sehat.

Wisma atlet tersebut terdiri dari 24 bangunan gedung, yakni 21 gedung tingkat menengah, 2 tower dan 1 fasilitas retail dengan jumlah total 5.682 unit.

Pembangunannya menggunakan skema kerja sama antara Pemerintah Kota Tokyo dengan konsorsium perusahaan konstruksi Jepang yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota. Konsorsium ini kemudian membangun gedung dan berbagai fasilitas lainnya.

Selama pelaksanaan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, bangunan wisma tersebut disewakan kepada Tokyo Organising Committee of Olympic and Paralympic Games (TOGOC).

TOGOC melakukan perbaikan konstruksi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan standar International Olympic Committee (IOC) dan International Paralympic Committee (IPC).

Setelah pelaksanaan Olimpiade, TOCOG akan mengembalikan kepada kondisi semula dan dikembalikan kepada konsorsium swasta yang kemudian akan menjual atau menyewakan sebagai unit perumahan.

 

Sumber: kompas.com