Sektor Konstruksi Masih Menjanjikan

09/05/2017

Tidak berkategori

Jakarta - Sektor konstruksi pada tahun ini masih menjanjikan meskipun kinerja saham emiten konstruksi secara year to date (ytd) masih mengalami pelemahan sekitar 4,15 persen. Direktur Utama Indo Premier Sekuritas, Moleonoto The, mengatakan meskipun saham sektor konstruksi secara ytd masih melemah, tetapi kalau dilihat kinerja keuangannya cenderung mengalami kenaikan sehingga tidak bisa disamakan antaremiten.

“Seperti pada triwulan pertama 2017, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) kinerjanya rata- rata di atas konsensus alias bagus, sehingga antaremiten tidak bisa disamakan,” ungkapnya, di Jakarta, Selasa (9/5). Mengacu pada tidak bisa disamakan itulah yang menyebabkan kehadiran PT Totalindo Eka Persada Tbk (Totalindo) di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) juga berbeda.

Apalagi pendatang baru ini bermain pada multisegmen dan tidak banyak bermain di infrastruktur pemerintah. Menurut Moleonoto, memang untuk segmen atas akan lebih selektif sehingga tidak akan terpangkas begitu saja atau shut down. Sementara sektor menengah ke bawah seperti pembangunan rusunami (rumah susun sederhana milik), apartemen murah, proyek perumahan rakyat (public housing) masih banyak yang memiliki backlog.

Bahkan, Totalindo saja telah mendapatkan dua proyek rusunawa (rumah susun sewa) terletak di Nagrak dan Penggilingan sebesar 760 miliar rupiah. Totalindo pun masih optimistis akan mendapatkan satu tender lagi senilai 1,5 triliun rupiah. Moleonoto menjelaskan, mengacu pada hal tersebut sektor konstruksi masih menjanjikan.

Berbeda dengan segmen high end yang kemungkinan terjadi kelebihan pasokan (over supply). Akan tetapi, kalau banyak bermain di rusunawa atau low end sepertinya tidak akan berpotensi terjadi over supply. “Untuk itu, segmen middle dan low end masih banyak, sementara high end akankah langsung collaps? Tentu saja tidak karena selektif,” paparnya.

Seperti diketahui, PT Totalindo Eka Persada Tbk (Totalindo) melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) dengan melepas 30,07 persen dari modal ditempatkan atau disetor penuh atau sebanyak 2,15 miliar saham dengan nominal per saham 100 rupiah. Head of Investment Banking Bahana Sekuritas, Novita Lubis, menuturkan Totalindo menargetkan dana segar dari IPO berkisar 630 miliar rupiah hingga satu triliun rupiah.

Perseroan menetapkan harga saham IPO di kisaran 300 rupiah hingga 490 rupiah. Harga saham IPO mencerminkan price earning ratio (PER) 8–13 kali. “Kami sangat optimis IPO Totalindo akan sukses karena rekam jejak dan pengalaman yang sudah cukup lama sekitar 21 tahun di industri ini, serta posisi Totalindo yang unggul di segmen pasar menengah ke bawah, baik rusun komersial maupun rusun umum,” katanya. Perseroan berencana menggunakan dana IPO sebesar 60 persen untuk modal kerja, 35 persen untuk membayar sebagian utang.

Sisanya 5 persen untuk belanja modal pembelian mesin, alat berat, dan peralatan konstruksi. Perseroan juga akan menawarkan sahamnya pada investor asing melalui roadshow di Singapura, Hong Kong, dan Kuala Lumpur (Malaysia). Bertindak sebagai penjamin emisi efek PT Bahana Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia dan PT Indo Premier Sekuritas (terafiliasi) sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Direktur Totalindo, Eko Wardoyo, menambahkan, Perseroan menargetkan perolehan kontrak baru pada 2017 mencapai tiga triliun rupiah. Hingga awal Mei 2017, Perseroan telah mendapatkan kontrak baru senilai 1,5 triliun rupiah dari empat proyek. “Kontrak baru hingga saat ini sudah tercapai 50 persen dari target kontrak baru,” paparnya. 

yni/AR-2