Konglomerasi berebut proyek tol

30/11/2016

Tidak berkategori

JAKARTA. Perusahaan konglomerasi semakin banyak yang berminat berebut proyek jalan tol. Beberapa perusahaan yang selama ini belum pernah menjajal bisnis jalan bebas hambatan mulai bermunculan memprakarsai pembangunan jalan tol.

Pertama datang dari korsorsium Salim Group dengan Agung Sedayu Group yang tampil dengan menginisiasi pembangunan jalan tol Kamal-Teluknaga-Balaraja sepanjang 48,3 kilometer (km) yang ditaksir akan membutuhkan investasi Rp18 triliun. Lalu ada juga konsorsium Alam Sutera Group yang juga memprekarsai ruas tol Semanan-Balaraja sepanjang 31,7 km dengan investasi Rp 11,31 triliun.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan korsorsium pemrakarsa tersebut sudah menyampaikan kajian mereka ke Binar Marga. Kehadiran kedua korsorsium tersebut memberikan pemandangan yang baru di proyek jalan tol karena selama ini perusahaan yang ikut berebut di jalan tol adalah pemain-pemain yang sama.

"Mereka yang ikut hanya tender tol adalah pemain-pemain yang lama juga. Tidak banyak yang baru, terakhir hanya ada satu pemain baru yakni Sinarmas Group yang memenangkan tol Serpong-Balaraja," katanya pada KONTAN, Selasa (29/11).

Sementara Kepala Sub Direktorat Jalan Bebas Hambatan, Direktorat Jenderal Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan dan Fasilitasi Jalan Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suko mengatakan saat dokumen prakasa yang diajukan kedua korsorsium tersebut masih dievaluasi.

Hari menargetkan evaluasi kedua proyek tol tersebut ditargetkan sudah final pada Desember mendatang. "Setelah selesai evaluasi kalau tol itu layak, selanjutnya akan dilakukan penetapan lokasi (penlog)," ungkapnya.

Rencananya ruas tol Semanan-Balaraja akan terhubung dengan ruas Serpong-Balaraja yang nantinya juga akan terhubung dengan enam ruas tol dalam kota DKI Jakarta. Sementara Kamal-Teluknaga-Balaraja akan terhubung dengan tol Sedyatmo ke Bandara Soekarno Hatta untuk meningkatkan potensi kawasan di wilayah utara Provinsi Banten.

Sementara perusahaan konglomerasi yang selama ini sudah eksis di bisnis jalan tol adalah Astra Group. Saat ini, mereka telah menguasai lima ruas jalan tol dengan total panjang mencapai 226,7 kilometer (km). "

Ke depan, kita masih akan terus membidik ruas-ruas baru dan menargetkan menguasai 500 km jalan tol hingga 2020." ungkap Wiwiek DS, Direktur Utama Astratel Nusantara.

Merambah bisnis jalan tol merupakan strategi Astra guna menyeimbangkan dan melengkapi portofolio rantai usaha bisnisnya sehingga pada akhirnya akan menyumbang pendapatan dan menjaga arus kas tetap stabil dalam jangka panjang.

Selain Astra, konglomerasi lain yang juga sudah terjun ke bisnis tol adalah Kompas Gramedia Group melalui anak usahanya PT Transindo Karya Investama. Perusahaan ini telah terjun bersama Astratel dan PT Bumi Serpong Damai (Sinarmas Group) membangun tol Serpong-Balaraja sepanjang 30 km. Sementara sebelumnya juga sudah berinvetasi di tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14 km.

Sebelumnya, Grup Bakrie dan MNC juga ikut meramaikan bisnis jalan tol. Namun, keduanya tampaknya tak kuat menggarap proyek tersebut sehingga akhir memutuskan menjual ruas tol yang mereka miliki ke perusahaan BUMN.

Director Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus menilai tidak mudah berinvestasi di jalan tol karena modal yang diperlukan sangat besar. Oleh karena itu, ia menilai perusahaan swasta yang mau membangun jalan tol tentu saja mereka memiliki bisnis lain yang akan didukung dengan keberadaan proyek tersebut.

"Kalau hanya mengandalkan pendapatan tol saja, itu susah bagi sebuah perusahaan bangun tol. Hanya perusahaan seperti jasamarga yang sanggup melakukan itu," jelas Anton.

Menurutnya, tujuan perusahaan properti mau membangun tol adalah untuk mendukung akses ke proyek yang mereka kembangkan. Dengan akses yang bagus maka nilai jual proyek properti mereka ke depan akan semakin tinggi.