INFRASTRUKTUR: Wilayah Rawan Bencana Perlu Dipetakan

04/01/2017

Tidak berkategori

BOGOR - Pemerintah diminta memetakan wilayah infrastruktur rawan bencana yang berpotensi mengganggu perekonomian sepanjang tahun ini.

Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menuturkan peristiwa bergesernya jembatan Cisomang, Jawa Barat, menjadi cerminan gangguan aktivitas ekonomi bagi pelaku usaha yang menggunakan jalur tersebut.

"Impilkasi gangguan infrastruktur tentu saja ada mulai dari hambatan transportasi pengiriman barang, gangguan produksi hingga kerusakan barang," ujarnya kepada Bisnis di Bogor, Selasa (3/1/2017).

Dia meminta pemerintah mulai dari pusat hingga kabupaten/kota bekerja sama dengan otoritas yang berhubungan dengan tanggap bencana dalam mengatasi potensi kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan.

Selain itu, koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, kata dia diperlukan untuk mengatasi pergantian jalur hubungan darat dari transportasi berbasis roda ke kereta api.

"Kerusakan jalan dan jembatan memang tidak bisa diperkirakan. Oleh karena itu ketika salah satu infrastruktur rusak bisa menggunakan infrastruktur lain yakni penggunaan jalur kereta apai," ujarnya.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar mengungkapkan larangan truk melintasi jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi telah menyebabkan pengeluaran untuk bahan bakar dan waktu tempuh menjadi lebih lama.

Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja mengungkapkan, dengan adanya larangan melintasi jembatan Cisomang menyebabkan pengusaha harus mengirim barang tiga jam lebih awal. Disamping itu, ada penambahan biaya untuk pembelian solar.

"Biaya untuk Solar jadi bertambah yang tadinya cukup untuk tiga jam sekarang ditambah menjadi dua kali lipat. Untungnya, biaya tol digratiskan," kata Dedy.

Bagi pengusaha, penambahan ongkos bahan bakar itu relatif tidak signifikan karena kerugian yang ditimbulkan bukan loss opportunity. Hanya, memang pengusaha tidak mendapatkan tambahan lebih.

Bagi pengusaha menjaga kepercayaan mitra bisnisnya adalah hal paling penting. Karena kepercayaan dalam dunia bisnis ini nilainya relatif tinggi untuk mendapatkan kembali permintaan dari konsumen.

"Makanya, selain dengan mengirim barang tiga jam lebih awal. Kami juga memanfaatkan moda kereta api. Hanya, memang pakai kereta api waktu tempuhnya menjadi lebih lama karena harus menunggu gerbong penuh," ujarnya.

Lebih lanjut dia menegaskan, sektor bisnis yang paling terkena dampak akibat larangan truk melintasi Cisomang adalah industri pariwisata dan kuliner. Sebab, akibat terganggunya jalur transportasi darat ini menyebabkan pesanan hotel dan kuliner mendadak dibatalkan.

"Bagi industri sejauh ini kerugian belum terasa. Apalagi pemerintah menjanjikan perbaikan akan tuntas dalam waktu cepat," tuturnya.