Indonesia dan Australia Berbagi Pengalaman Mengenai Kota Tangguh dan Berkelanjutan

09/03/2017

Tidak berkategori

Jakarta – Indonesia dan Australia saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mengembangkan dan menjadikan kota-kota di kedua negara tersebut agar menjadi kota yang tangguh, dalam diskusi bertajuk “Bussiness and Policy Round Table for Implementation of Resilient Cities” di Gedung Pendopo Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (9/3). 

Acara yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Prof. Anita Firmanti tersebut dihadiri oleh pembicara yakni Menteri Pengembangan Wilayah Australia Fiona Nash, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Rido Matari Ichwan dan Direktur Proyek Sektor Energi, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, Triharyo Indrawan Soesilo.

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Para peserta yang hadir dari kalangan pengambil kebijakan di pemerintahan, para eksekutif dan para tenaga ahli dalam bidang-bidang perencanaan tata kota dan  perencanaan wilayah baik dari Australia dan Indonesia.

Berbagai inisiatif sedang dilakukan Pemerintah Indonesia menuju kota tangguh, diantaranya melalui pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar baik kawasan perkotaan maupun di perdesaan, guna menjamin kegiatan ekonomi, sosial dan budaya secara nyaman dan sehat. Namun dengan jumlah kota-kota di Indonesia yang banyak dan kondisi geografis penduduk yang beragam, upaya-upaya tersebut perlu disertai pula dengan regulasi yang lebih terbuka bagi masuknya inovasi-inovasi baru.

“Saat ini kita sedang membanghun kota-kota yang responsif terhadap kebutuhan pembangunan melalui pendekatan partisipatif dan inklusif yang melibatkan kelompok masyarakat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan operasional dan pemeliharaan. Sampai dengan 2019, akan dibangun prasarana dan sarana air minum, pengolahan air limbah dan sampah komunal dan penataan kawasan kumuh perkotaan,” tutur Anita Firmanti saat membuka acara tersebut.

Sementara itu Fiona Nash mengatakan bahwa Indonesia dan Australia mempunya kemiripan dalam menghadapi tuntutan pesatnya urbanisasi. Untuk itu kolaborasi antara kedua negara dapat menjadi keunggulan yang unik dalam percepatan peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

Kota tangguh adalah kota yang secara fisik, sosial dan ekonomi mampu menghadapi kedua tantangan utama tersebut. Ciri-ciri kota tangguh adalah kota yang menyediakan air minum yang berkualitas baik, melakukan pengelolaan air limbah yang teratur dan berdaur ulang, menerapkan pembangunan gedung-gedung “hijau” (Green Buildings), memiliki sistem transportasi massal yang efisien dan terintegrasi, serta mempunyai sistem manajemen pengelolaan bencana yang cepat tanggap. PBB mempunyai program untuk menseleksi 100 Resilient Cities terbaik di dunia. Beberapa kota di Indonesia seperti Semarang dan Jakarta sedang berupaya untuk menjadi bagian dari 100 Kota Tangguh di dunia.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengembangkan berbagai program, misalnya pembangunan kota hijau, pusaka, tangguh dan kota tematik lainnya yang memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan budaya secara komprehensif.

Dalam pemenuhan kebutuhan air minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya  melakukan pembangunan melalui kegiatan pembangunan sarana air minum meliputi SPAM Regional, SPAM untuk MBR, SPAM pada Pulau Kecil/Terluar dan Pelabuhan Perikanan dan SPAM Berbasis Masyarakat. Selain kegiatan pembangunan tersebut, dalam mewujudkan akses sanitas juga dilakukan pembangunan IPAL Regional dan IPAL skala kota, Pengelolaan Lumpur Tinja dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. (Nrm)