Proyek MRT Jakarta Capai 76%, Begini Rinciannya

16/08/2017

Tidak berkategori

Jakarta - Pembangunan fisik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase 1 telah mencapai 76,1% hingga akhir Juli lalu. MRT Jakarta fase 1 terdiri dari Koridor Selatan-Utara (Lebak Bulus- Bundaran HI) yang tersambung sepanjang 16 km. Tersambungnya Lebak Bulus dan Bundaran HI dengan MRT bakal mempersingkat waktu tempuh antara dua lokasi tersebut menjadi hanya 30 menit.

MRT fase 1 akan memiliki 13 stasiun. Tujuh stasiun di antaranya dibangun melayang, yaitu stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangara. Lalu ada enam stasiun bawah tanah yaitu stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI.

Selain mengebut pembangunan stasiun bawah tanah, pengerjaan MRT juga tengah sibuk dilakukan pada stasiun layang. Berdasarkan data PT MRT Jakarta, seperti dikutip detikFinance, Selasa (15/8/2017), progres fisik stasiun layang telah mencapai 64,1%.

Stasiun Blok M menjadi yang paling maju progresnya dengan fisik 55%. Kemudian disusul oleh stasiun Sisingamangaraja 49%, stasiun Blok A 47%, stasiun Fatmawati 46%, stasiun Lebak Bulus dan stasiun Cipete Raya 41% serta stasiun Haji Nawi 36%.

Proses pembebasan lahan pada stasiun Haji Nawi yang telah sampai pada pengajuan memori kasasi Pemprov DKI Jakarta ke MA, membuat tiang struktur Stasiun Haji Nawi saat ini tidak dapat dikerjakan.

Hal ini membuat Stasiun Haji Nawi tidak dapat selesai pada Maret 2019 bersama dengan operasi MRT Jakarta. Sedangkan jalur rel kereta yang berada di posisi tengah (median jalan) tetap dapat diselesaikan sesuai jadwal, dan dapat dipergunakan untuk operasi di Maret 2019.

Sementara rute Jalur MRT dari Jalan TB Simatupang ke Jalan Fatmawati dan melintas di atas Flyover Jalan Toll JORR berbelok 90 derajat. Hal ini membuat tidak memungkinkannya ada kolom di tengah Jalan Toll JORR, sehingga ada bentang panjang 77 m yang akan melintasi Jalan Toll JORR.

Metode khusus pun diterapkan dalam pengerjaan konstruksi ini, yakni dengan balance cantilever dengan sistem form traveler. Metode ini dipilih untuk dapat mengakomodir struktur MRT di area tersebut tanpa mengganggu jalur lalu lintas JORR yang ada.

 

Sumber: detik.com