Dari 7 Juta Naker Konstruksi, Baru 25 Persen yang Bersertifikat

28/10/2016

Tidak berkategori

Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan memperbanyak jumlah tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang kompeten dan bersertifikat.
Ini dilakukan, menyusul masih minimnya jumlah tenaga kerja di sektor tersebut yang mengantongi sertifikasi, yang menjadi syarat menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

Kepala Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya Indro Pantja Pramodo mengatakan, dari sekitar 7 juta tenaga kerja konstruksi di Indonesia, saat ini yang sudah mengantongi sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ternyata baru sekitar 1,750 juta atau 25 persen saja.

Sedangkan 5,250 juta lainnya atau 75 persen belum bersertifikasi.

"Dengan banyaknya yang belum bersertifikasi tersebut, tentu menjadi tugas semua pihak terkait untuk mendukung percepatan sertifikasi bagi tenaga kerja bidang konstruksi," ujarnya, Kamis (27/10/2016), saat membuka program Sekolah Tukang Semen Tiga Roda (Setara).
Menyikapi hal itu, Kementrian PUPR, kata Indro menargetkan dapat melakukan sertifikasi terhadap 750 ribu tenaga kerja di bidang konstruksi hingga tahun 2019 nanti.
Mulai mereka yang bekerja sebagai tenaga ahli dan terampil, operator alat berat, hingga juru ukur dan juru gambar.

"Dari 750 ribu yang akan disertifikasi tersebut, 50 ribu adalah insinyur, 200 ribu teknisi, dan 500 ribu tenaga terampil," jelasnya.
Meski belum semua, upaya tersebut paling tidak diharapkan dapat menjadikan tenaga kerja Indonesia siap menghadapi MEA. Dengan kompetensi yang dimiliki, yakni ketrampilan, pengetahuan, dan sikap.

"Ini penting, karena sertifikasi kompetensi merupakan syarat yang harus dipenuhi jika ingin bekerja di luar negeri. Misalnya, ke Malaysia," ucapnya.
Untuk itu, selaku Kepala Balai Jasa Konstruksi yang membawahi wilayah Jatim, Jawa Tengah, Bali, NTT, dan NTB, pihaknya, kata Indro menyambut baik dan mendukung penuh pelatihan untuk meningkatkan daya saing, seperti program Setara yang dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sejak 2015 lalu.

"Dengan begitu, tenaga kerja kita tidak akan kalah menghadapi ketatnya persaingan di era globalisasi," tegasnya.